Kau membiarkan aku yang kesepian ini, jatuh cinta
Tak sempurna rasanya jika tanpamu barang sehari saja
Kau bilang, kita ini berbeda
Aku pun tau kau bukan manusia.
Tapi menurutku, kamulah yang paling ku cinta
Wangi tubuhmu, membuka mataku
Pahit, saat aku melumat bibirmu...
Dengan santai perlahan memenuhi ruang di otaku
Aku termenung
Kopi dan rokok tampak sangat serasi di depan mataku
Mereka bisa begitu romantis kala jatuh cinta
Sial, ternyata rokok bicara seperti penyair ulung
Dan dia merebut kekasihku seperti penikung kelas dewa
Dan kopi pun ternyata sama seperti manusia
Dia cuma butuh di sanjung dan di damba
Secepat itu bisa jatuh ke pangkuan pria lain
Tak peduli kemarin telah menjalin kasih denganku yang masih setia
Ah sial, diam-diam hatiku lelah juga
Dadaku berdebar-debar, meski wajahku masih sok biasa
Aku mengerling sedikit pada secangkir teh hangat
Ia sedang tersenyum, alamak manisnya
Ya sudahlah, aku biarkan si penghianat itu jatuh cinta
Pada pria yang menurutnya lebih hebat.
Yogyakarta, 06 Agustus 2016
Kau bilang, kita ini berbeda
Aku pun tau kau bukan manusia.
Tapi menurutku, kamulah yang paling ku cinta
Wangi tubuhmu, membuka mataku
Pahit, saat aku melumat bibirmu...
Dengan santai perlahan memenuhi ruang di otaku
Aku termenung
Kopi dan rokok tampak sangat serasi di depan mataku
Mereka bisa begitu romantis kala jatuh cinta
Sial, ternyata rokok bicara seperti penyair ulung
Dan dia merebut kekasihku seperti penikung kelas dewa
Dan kopi pun ternyata sama seperti manusia
Dia cuma butuh di sanjung dan di damba
Secepat itu bisa jatuh ke pangkuan pria lain
Tak peduli kemarin telah menjalin kasih denganku yang masih setia
Ah sial, diam-diam hatiku lelah juga
Dadaku berdebar-debar, meski wajahku masih sok biasa
Aku mengerling sedikit pada secangkir teh hangat
Ia sedang tersenyum, alamak manisnya
Ya sudahlah, aku biarkan si penghianat itu jatuh cinta
Pada pria yang menurutnya lebih hebat.
Yogyakarta, 06 Agustus 2016